ANAK KEMARIN SORE

Kalimat ini sering kali menjadi polemik diantara kaum muda, tidak sedikit diantaranya merasa kecewa bahkan ada yang sampai putus asa, memang kalimat di atas “sering” kali dilontarkan oleh orang yang lebih dewasa kepada yang masih muda, mungkin juga saudara yang sedang membaca salah satu yang menjadi korbanya ?..

Namun opini ini masih relatif, karena orang dewasa tidak selalu benar dan juga tidak selalu salah, begitu juga sebaliknya yaitu kaum muda tidak selalu benar dan juga tidak selalu salah.

Pada dasarnya ini kebudayaan yang sudah ditanamkan ratusan tahun bahkan ribuan tahun yang lalu untuk diajarkan kepada setiap kaum generasi muda, menghormati orang yang lebih tua. Tentu saja ini sangat baik, dan bagus untuk diterapkan supaya dapat mengerti sopan santun. Entah bagaimana jadinya jika kaum muda tidak mengerti hal ini.

Tetapi yang menjadi problemnya adalah orang dewasa sering kali menganggap diri paling benar, dan itu sudah menjadi standart kebenaran yang mutlak bagi sebagain mereka, dengan mengatakan “saya lebih berpengalaman, saya lebih duluan mencicipi asinnya garam, saya lebih duluan melihat terangnya bulan dan matahari, dan berbagai macam alasan lainnya yang menjadikan itu suatu alasan membenarkan dirinya, hehehe orang dewasa yang baca ini saya percaya pasti lebih mengerti.

Pengalaman, beberapa tahun yang lalu ada beberapa pemuda menemui saya dan mengatakan, Bapak saya selalu bertindak keras mengharapkan kami untuk hidup benar, hidup tertip, dan mengharapkan supaya kami tidak jatuh di dalam dosa terlebih tindakan moral yang tidak terpuji,  tetapi kenyataannya, bapak saya malah sebaliknya, hidup tidak benar, main judi, merokok, mabuk-mabukan (doyan minum tuak), dan bahkan kadang-kadang main perempuan. Tetapi kami selalu dituntut untuk selalu baik dan hidup benar.

Tatapi dalam bagian ini sedikit betanya kepada pemirsa, apakah saudara sebagai anak Tuhan atau hamba-hamba Tuhan, ngoceh kesana kemari, mari hidup benar, dan sebagainya, tetapi hidup saudara hancur, hamba uang ?, dalam hati aja ya jawabnya.

Tentu hal ini terjadi dalam berbagai suku dan agama, dan tidak bisa dipungkiri dikalangan Kekristena juga terjadi demikian.

Saya teringat firman Tuhan jelaskan; Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. 1 Timotiu 4:12

Kalimat di atas Paulus mengukapkan kepada anak rohaninya Timotus yang akan berhadapan dengan berbagai macam kesulitan, tantangan dan karakter di ladang pelayanan.

Kata “teladan” dalam bahasa Yunani tu,poj dari akar kata yang sama τυπος (tupos) berarti; gambaran,model, contoh atau teladan. Dalam bentuk kata noun nominative masculine singular.

Dengan demikian secara harafiah mengingatkan kita bahwa kaum mudah tidak perlu minder, apa lagi malu, atau sejenisnya, tetapi kita harus menunjukka sesuatu model, contoh, atau teladan bagi mereka yang lebih tua dari pada kita.

Dalam hal apa aja itu, saya akan uraikan secara singkat dibawah ini;
1. Menjadi teladan dalam perkataan (λογος)
2. Menjadi teladan dalam tingkahlaku (αναστροφη)
3. Menjadi teladan dalam kasih (αγαπη)
4. Menjadi teladan dalam kesetiaan (πιστις)
5. Menjadi teladan dalam kesucian (αγνεια)

0 Response to "ANAK KEMARIN SORE"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel