KHOTBAH KEMERDEKAAN SEJATI Yohanes 8:30-36

Pendahuluan
Bulan Agustus adalah bulan yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pekik merdeka berkumandang di seluruh penjuru negeri tercinta kita Indonesia! minggu yang lalu kita memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan negera kita yang ke 77. 

Kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia tak lepas dari jerih lelah para pejuang yang rela mempertaruhkan jiwa dan raga.  Dengan semboyan  'Berjuang sampai titik darah penghabisan'  mereka menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi, hal-hal yang berhubungan dengan diri sendiri ditanggalkan. Ada begitu banyak pendapat orang tentang kemerdekaan dan tentunya berbeda-beda misalnya:

 Merdeka berarti bebas; bebas menentukan nasib bangsa sendiri tanpa adanya tekanan dari pihak lain.

 Merdeka berarti lepas dari belenggu penjajahan.Kata Penjajahan berasal dari kata jajah yang dalam KBBI berarti menguasai dan memerintah secara paksa.Di bawah penjajahan berarti berada dalam kekuasaan secara paksa. 

Orang yang terjajah tidak memiliki kebebebasan untuk mengekspresikan dirinya dan perasaannya sebab semuanya dikekang oleh siapa yang menjajahnya. 

Penjajahan juga berarti perbudakan, sebab mereka yang terjajah berada dalam kuasa siapa yang menjajahnya.

Bukan berarti kalau kita sudah merdeka kita bebas dari aturan hukum/tanpa terikat, melainkan tetap ada aturan dan keterikatan yang bertanggung jawab, sebab kemerdekaan tanpa aturan dan keterikatan adalah hidup yang tidak tertib. 

Demikian pula kemerdekaan rohani yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus yang perlu kita ketahui.

Apa saja kemerdekaan rohani yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus?
1. Di merdekakan dari Belenggu Dosa/perbudakan dosa (Ay. 36)
Penting untuk dipahami bahwa Yesus berbicara bukan dalam konteks kemerdekaan bangsa Yahudi dari penjajahan Romawi, tetapi Ia berbicara mengenai kemerdekaan manusia dari belenggu dosa. 

Tetapi dengan angkuhnya orang-orang Yahudi mengatakan bahwa mereka adalah keturunan Abraham yang tidak pernah menjadi hamba siapapun (ayat 33). 

Mereka menilai diri sebagai orang suci yang tidak berdosa karena faktor keturunan langsung dari Abraham. Benarkan demikian? Surat Roma pasal 6 mengatakan bahwa manusia dahulunya adalah hamba dosa sehingga hukum taurat diberikan kepada manusia untuk menjadi peringatan kepada manusia akan dosa itu.

Di dalam ayat. 34-35, disini Tuhan Yesus menunjukkan sesuatu yang sangat jelas kepada manusia yaitu, bahwa,... setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa.” ‘Berbuat dosa’artinya: terus menerus berbuat dosa / hidup dalam dosa (bdk. 1Yoh 3:6). Jadi ini harus dibedakan dengan ‘jatuh ke dalam dosa’.

Arti istilah ‘hamba dosa’:
 Ia tidak bisa berbuat baik; ia tidak bisa memilih untuk berbuat baik atau berbuat jahat. Karena ia hamba dosa, ia akan terus berbuat dosa (bdk. Kej 6:5  Tit 1:15).

 Ini tidak berarti mereka berbuat dosa dengan terpaksa. Mereka berbuat dosa dengan sukarela / senang hati bukan dengan paksaan/terpaksa.

 Tidak ada seorangpun yang tidak menjadi budak dosa.

Dari keberadaan inilah manusia harus mengakui bahwa dirinya adalah orang yang berdosa dan hamba dosa dan sewaktu-waktu bisa ditolak oleh Tuhan dan butuh kemerdekaan dari perbudakan dosa itu.

Siapa yang bisa membebaskan manusia dari perbudakan dosa itu? Yaitu Yesus Kristus itu sendiri. Yesus berbicara tentang diriNya sebagai kebenaran yang memerdekakan manusia dari perbudakan dosa (ayat 36). 

Ia memerdekakan manusia yang percaya kepadaNya lewat karya penebusannya di atas kayu salib. Seperti karena Adam semua manusia menjadi hamba dosa, maka di dalam Yesus, semua manusia dimerdekakan dari dosa (Roma 5:18-19).

Itulah kebenaran yang dimaksudkan oleh Yesus yaitu kemerdekaan dari perhambaan akan dosa.

Jika Yesus mengetahui bahwa kebenaran itu akan memerdekakan mereka, itu berarti bahwa mengetahui kebenaran di dalam firman Tuhan akan membebaskan mereka dari dosa. 

Sebelum tinggal di dalam firmanNya, mereka adalah orang-orang Yahudi yang belum mengalami pembebasan dari dosa. Itulah sebabnya sekalipun mereka adalah umat pilihan Allah dosa tetap berdiam dalam diri mereka.

Kemunafikan, ketidakadilan, kebebalan dan kebobrokan moral akibat dosa menjadi nyata dalam hidup mereka.

Karenanya, Yesus sedang menawarkan kepada mereka sesuatu yang baru yaitu kebenaran yang memerdekakan.
Kemerdekaan sejati tidak didasarkan atas maksud nasional/bangsa, tetapi kelepasan dari segala dosa dan pengaruhnya yang menghancurkan.

Kemerdekaan sejati menempatkan mereka dalam status dan wilayah yang baru, yaitu wilayah dimana Allah sepenuhnya meraja.

Kemerdekaan yang benar-benar merdeka adalah diakibatkan oleh Anak itu, yaitu Yesus. Yesuslah yang sanggup untuk memberikan kemerdekaan sejati. Dan kemerdekaan yang sejati itu adalah kebebasan dari perbudakan dosa.  

Kita mengucap syukur kepada Tuhan, karena tanpa pertolongan dan campur tanganNya mustahil kita bisa meraih dan menikmati kemerdekaan. 

Yang menjadi Pertanyaannya sekarang adalah: sudahkah kita benar-benar menikmati kemerdekaan sejati? Secara lahiriah kita memang telah terbebas dari perbudakan dan penjajahan bangsa lain. Namun dalam hal rohani, apakah kita sudah benar-benar merdeka?

2. Hidup di dalam aturan firman Tuhan (Gal. 5:13)
Sebagai orang-orang yang terbebas dari dosa, maka status dari orang-orang Yahudi yang percaya ini tidak lagi sebagai hamba, tetapi sebagai anak. Sebagai anak mereka tinggal di rumah, tidak lagi di luar seperti hamba.

Nah bpk/ibu ada satu tradisi dalam rumah tangga orang yahudi yakni ada aturan yang tegas yang membedakan antara budak dan anak yaitu anak adalah penghuni yang permanen dan ahli waris di dalam keluarga, sedangkan seorang budak adalah penghuni sementara dan dapat ditolak dan pergi dari rumah sewaktu-waktu.

Oleh karena itu Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya, Dikatakan di dalam Ay 31: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu’.
a)“Jikalau kamu tetap (“Meno”- Yunani = tinggal menetap) dalam firmanKu, kamu adalah muridKu”. Tinggal menetap berarti tidak berpindah-pindah.

b) Lit: If you continue in My word (= Jika kamu terus dalam firmanKu).

c) Apa artinya ‘terus dalam firman’ atau ‘tinggal dalam firman’?

 terus belajar Firman Tuhan.
Orang yang berhenti belajar Firman Tuhan, pasti akan sesat.
Amsal 19:27 (NIV): Stop listening to instruction, my son, and you will stray from the words of knowledge (= Berhentilah mendengar instruksi, anakku, dan engkau akan tersesat dari kata-kata pengetahuan).

Amsal 19:27 (NASB): Cease listening, my son, to discipline, And you will stray from the words of knowledge (= Berhentilah mendengar pada disiplin, anakku, dan engkau akan tersesat dari kata-kata pengetahuan).

Bahwa seorang murid yang sejati harus terus belajar Firman Tuhan juga terlihat dari kata ‘murid’. ‘Murid’ tidak bisa terlepas dari ‘belajar’. Orang yang berhenti belajar tentu tidak bisa disebut murid.

Ingat bahwa Firman bukan sekedar pengetahuan / ilmu yang cukup dipelajari sekali saja. Firman juga adalah makanan bagi rohani kita, yang kita butuhkan terus menerus, dan tidak ada orang yang bagaimanapun kuatnya rohaninya, tidak membutuhkan makanan rohani lagi.

 terus percaya pada Firman Tuhan.

 taat pada Firman Tuhan / menjadikan Firman Tuhan itu pedoman hidupnya.

Ay 32: ‘Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu’.

a) Orang yang tetap di dalam Firman (belajar, percaya dan taat kepada firman) akan mengetahui kebenaran.Mengapa?Sebab Yesus adalah kebenaran (Yoh.14:6).Kemerdekaan yang sejati terdapat di dalam Yesus yang adalah kebenaran itu.

Tujuan Tuhan Yesus memerdekakan kita dari perbudakan dosa yaitu agar kita hidup dalam iman kepadaNya dan mengisi kehidupan kita yang sudah dimerdekakan dengan kebenaran firmanNya, artinya jika kita orang kristen sudah dimerdekakan maka ada tanggung jawab yang harus kita lakukan yaitu:
 Merdeka dari kesalahan atau dosa artinya kita bersedia hidup di dalam kekudusan dan kejujuran

 Merdeka berarti bersedia melayani orang lain/bersedia menjadi berkat. 

 Merdeka berarti bersedia menjalankan seluruh aspek kehidupan kita hanya untuk kemuliaan Tuhan Yesus.

Kesimpulan
Sebagai orang percaya kita patut bersyukur, oleh pengorbanan Kristus di atas kayu salib kita beroleh pengampunan dosa dan "...dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran." (Roma 6:18);kita tidak lagi menjadi hamba (budak) dosa, melainkan menjadi hamba kebenaran.

Kemerdekaan dari Kristus bukan sekedar melepaskan kita dari dosa, tetapi untuk memulihkan tujuan Allah menciptakan kita yaitu supaya kita hidup dalam kebenaran sehingga menjadi serupa dan segambar dengan Dia.

Tinggal dalam kebenaranNya itulah yang memerdekakan kita dari segala belenggu dosa! Amin!

KHOTBAH KEMERDEKAAN SEJATI Yohanes 8:30-36

0 Response to "KHOTBAH KEMERDEKAAN SEJATI Yohanes 8:30-36"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel