KHOTBAH KELUARGA YANG HIDUP TAKUT AKAN TUHAN DAN KELUARGA YANG MELAYANI TUHAN YOSUA 24:14-15

Pendahuluan:
Konteks Yosua pasal 24 ini adalah perpisahan Yosua kepada bangsa Israel, sebelum ia menyelesaikan tugasnya sebagai pemimpin bangsa Israel. Yosua memberikan nasehat-nasehat dan peringatan kepada bangsa Israel agar mereka setia kepada Tuhan, tidak berpaling kepada berhala-berhala atau ilah-ilah lainnya. Nasehat-nasehat ini penting, mengingat bangsa Israel telah berhasil memasuki tanah Kanaan, pernah melupakan Tuhan yang telah memberi keberhasilan kepada mereka.

Dalam prakteknya, bangsa Israel jatuh dalam godaan untuk menyembah kepada “allah bangsa orang Mesir, kepada allah orang Amori, yang disembah oleh masyarakat lokal. Dalam persimpangan iman itulah Yosua mengingatkan bangsa Israel untuk kembali beribadah kepada Tuhan. Yosua juga memberikan tantangan agar bangsa Israel mengambil keputusan tegas (komitmen) untuk tetap beribadah kepada Tuhan. 

Ini bukan sekedar tantangan kepada bangsa Israel saja tetapi juga kepada dirinya sendiri dan keluarganya. Yosua memberikan teladan dan memutuskan bahwa ia dan seisi rumahnya telah membuat keputusan untuk tetap setia beribadah kepada Tuhan Allah Israel. Itu berarti istri, anak-anaknya bahkan seluruh kaum keluarganya hanya beribadah kepada Tuhan.

Betapa pentingnya kita dan seluruh anggota keluarga kita setia kepada Allah & Alangkah indahnya jika seluruh keluarga kita mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap kekuatan dan segenap akal budi, sesuai dengan hukum pertama dalam hukum kasih yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus (Mat. 22:37). 

Bagaimana cara membawa seluruh keluarga mengasihi dan beribadah serta melayani Tuhan?
Melalui firman Tuhan yang telah kita baca pada pagi hari ini, kita akan belajar tentang keluarga yang melayani Tuhan.
Ada beberapa hal yang harus kita lakukan agar kita menjadi keluarga yang melayani Tuhan dan sesama yaitu:

1. Mengingat sejarah (Ay. 3-13)
Yosua memandang penting sekali mengingatkan umat Tuhan tentang sejarah kehidupan mereka mulai dari nenek moyang mereka, Terah ketika masih berada di seberang sungai Efrat hingga mereka tiba di tanah perjanjian. Dalam mengingat sejarah perjalanan kehidupan keluarga kita, hal-hal yang perlu ditekankan adalah:

• Apa yang telah Tuhan kerjakan - kata “sejarah” dalam bahasa inggrisnya adalah History yaitu berasal dari dua kata “His” dan “story” yang artinya “KisahNya”. Jadi dalam sejarah Tuhan menempatkan posisi sentral/posisi yang paling utama. Sejarah bukan mengunggulkan manusia yang terbatas tetapi Tuhan yang tidak terbatas. Dia adalah Allah atas sejarah
• Apa yang pendahulu kita kerjakan – dalam membicarakan apa yang dilakukan oleh nenek moyang kita harus objektif. 

Jika memang ada keberhasilan maka harus kita syukuri dan pelajari faktor-faktor penyebab keberhasilan itu, tetapi sebaliknya jika ada kekeliruan harus diambil hikmatnya agar tidak diulangi dan juga dipelajari faktor-faktor penyebab keberhasilannya.

2. Pentingnya keteladanan (Ay. 14-15)
Pernyataan Yosua ini merupakan sebuah pesan pada masa akhir hidupnya bagi bangsa Israel. Yosua membuat sebuah pernyataan yang tegas dan lugas sebagai seorang pemimpin besar Bangsa Israel yang telah mengantar bangsanya memasuki Tanah Kanaan. Di akhir hidupnya, di hadapan seluruh suku orang Israel di Sikhem, ia memperkatakan perbuatan-perbuatan Tuhan yang ajaib – mulai dari sejarah panggilan Abraham sampai hari di mana ke-12 suku Israel telah mendiami tanah pusaka yang dijanjikan-Nya.

Yosua menyatakan bahwa dirinya, secara pribadi, akan beribadah kepada Tuhan. Ia telah melihat keteladanan hidup Musa (mentornya) selama 40 tahun perjalanan panjang mengitari padang pasir sebelum masuk tanah perjanjian. Musa mewariskan teladan hidup yang taat kepada Tuhan dan kepemimpinan yang rendah hati sekaligus tegas. Dia mengawali era kepemimpinannya dengan takut dan gentar, di bawah bayang-bayang Musa yang agung. Namun, firman Tuhan menopangnya dan memberinya keberhasilan demi keberhasilan dalam memimpin sebuah bangsa yang tegar tengkuk.

Namun tidak hanya itu, Yosua juga menegaskan bahwa seluruh keluarganya juga akan tetap beribadah kepada Tuhan. 

Ini menunjukkan bahwa dia bukan hanya pemimpin yang besar bagi seluruh bangsa, tapi sebagai kepala keluarga pun ia sudah berperan dengan baik. Di samping kesibukannya yang luar biasa dalam memimpin bangsa, ia menaruh perhatian dan terlibat dalam perkembangan rohani keluarganya sehingga seluruh anggota keluarganya mengenal dan beribadah dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan. Dan harapan Yosua agar setiap keluarga dalam kehidupan umat Tuhan tidak bisa terwujud apabila Yosua sebagai pemimpin tidak memberikan keteladanan kepada mereka lebih dahulu.

Ketegasan dan komitmen Yosua seharusnya menjadi teladan bagi orang tua Kristen, khusus setiap kepala keluarga untuk memimpin seisi keluarganya mengenal Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan. Hal ini penting sebab keselamatan dan kehidupan kekal hanya ada dalam Kristus. Selain itu, kepala keluarga juga perlu memenuhi semua kebutuhan seluruh isi keluarganya termasuk kebutuhan rohani. Ia perlu memimpin seisi keluarganya bertumbuh dewasa dalam iman, kebenaran, kasih, dan pelayanan yang setia. Salah satu cara untuk mencapai pertumbuhan dan kedewasaan rohani adalah melalui ibadah keluarga yang disebut dengan istilah “mezbah keluarga” atau “family altar”.

Teladan Yosua tersebut membuat kita mengerti bahwa – baik secara pribadi maupun secara keluarga – kita perlu mempertanggungjawabkan iman percaya yang teguh di hadapan Tuhan dan menjadi teladan bagi banyak orang dan itu dimulai dari kepala keluarga lebih dahulu memberikan teladan, di ikuti oleh istri dan di susul oleh anak-anak. 

Orang tua yang sungguh-sungguh mengasihi anak-anaknya akan memberi teladan yang jelas bagaimana seharusnya seseorang hidup baik dalam hal nilai-nilai dan juga iman percaya kepada Tuhan. Karena itu, sangat penting teladan yang baik diberikan bagi mereka Dan keteladanan itu meliputi perkataan, tingkah laku (kesopanan, tata krama, kedisiplinan, pengendalian emosi), kasih, kesetiaan, dan kesucian (1 Tim 4:12).  

Meskipun dalam keluarga berbagai situasi keadaan yang akan dijalani baik suka-duka, tangis-tawa, dan sebagainya, kita perlu belajar dari keluarga Yosua yang tetap sanggup merasakan pertolongan Tuhan sehingga tetap setia pada komitmennya “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan”.

3. Memegang Komitmen (Ay. 16-28)
Selanjutnya seluruh bangsa memberikan tanggapan yang sangat positif atas ajakan Yosua. Tanggapan positif  itu baik, namun yang selanjutnya harus mereka lakukan adalah memegang komitmen yang tinggi secara konsisten (Terus menerus).

Jangan hanya di awal saja memegang komitmen untuk bersekutu secara pribadi dan teratur dengan Tuhan dalam doa dan membaca firman Tuhan, namun komitmen itu tidak di pegang dan dijaga sebaik-baiknya sehingga di bulan berikutnya komitmen itu mulai luntur dan bahkan lama-lama memudar lalu hal yang baik itu tidak lagi dilakukan.
Ilustrasi: Kehilangan Iman

Mark twain adalah seorang sastrawan Amerika yang sangat terkenal, pada suatu hari ia menikahi Olivia Langdon yaitu seorang wanita kristen saleh yang dibesarkan dalam satu keluarga kristen yang kokoh. Di awal-awal pernikahan mereka Mark twain selalu mengucapkan doa berkat serta memimpin seluruh keluarganya dalam ibadah bersama. Tapi hal semacam ini tidak bertahan lama, sebab lambat laun kehidupan Mark twain yang jauh dari Tuhan mulai menunjukkan pengaruhnya di dalam rumah tangganya. 

Akibatnya si istri yang tadinya penuh kesungguhan dalam berbakti/beribadah kepada Tuhan lambat laun imannya menjadi luntur juga.

Kemudian keluarga ini  berkali-kali di timpa kesukaran hidup, lalu mark twain berkata kepada istrinya “ olive, jika engkau merasa bahwa berdoa dan membaca Alkitab dapat memberikan penghiburan di dalam dirimu lakukanlah, aku sama sekali tidak keberatan kau melakukan hal itu. tetapi istrinya menjawab “ suamiku, aku sudah tidak bisa lagi berdoa dan membaca Alkitab karena aku sudah benar-benar kehilangan imanku kepada Tuhan.

Hal yang dapat kita pelajari dari kisah ini adalah akan selalu ada tantangan ketika kita berkomitmen untuk meningkatkan kehidupan kerohanian kita. Namun, jika kita mau tetap bertahan makan Roh Kudus akan memberikan kemampuan kepada kita. Orang yang beribadah kepada Tuhan justru sering mengalami kesulitan (2 Tim 3:12). Tetaplah konsisten dalam komitmen kepada Tuhan, baik komitmen suami untuk mengasihi istri, komitmen istri tunduk kepada suaminya, komitmen orang tua untuk membimbing anak-anaknya dan komitmen anak-anak untuk menaati orang tuanya.

Kesimpulan:
Agar keluarga kita bisa menjadi keluarga yang melayani Tuhan, maka dibutuhkan 3 hal penting yang saya sampaikan tadi yaitu pemahaman sejarah tentang kebaikan Tuhan dalam perjalanan hidup sejak para pendahulu hingga masa kini, adanya keteladanan yang baik dan adanya komitmen yang dipegang teguh sepanjang hidup kita. Amin.

0 Response to "KHOTBAH KELUARGA YANG HIDUP TAKUT AKAN TUHAN DAN KELUARGA YANG MELAYANI TUHAN YOSUA 24:14-15"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel